Kamis, 10 Januari 2013

Sekilas tentang Ekonomi Internasional

Ilmu Ekonomi Internasional adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari segala sesuatu mengenai hubungan ekonomi antar-negara dan keterkaitan ilmu ekonomi mikro (penentuan harga/alokasi sumber) dengan ilmu ekonomi makro (pendapatan nasional/GNP, perkapita/GDP dan sumber daya agregat). Bentuk hubungan ekonomi internasional, baik pertukaran maupun utang/piutang, menggambarkan kedudukan ekonomi suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain.

Beda hubungan ekonomi antar-negara dengan antar-daerah dalam satu negara :
1.Perbedaan dalam mata uang
2.Beda peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
3.Derajat mobilitas sumber daya
4.Perbedaan lain : hukum, budaya, adat-istiadat, politik, selera.

Jarang sekali ada negara yang ekonominya benar-benar tertutup, oleh karena itu perlu dipelajari ekonomi internasional. Setiap ada perubahan permintaan atau penawaran agregat di pasar dunia, termasuk harga, maka pengaruhnya dirasakan dalam bentuk perubahan ekspor/impor dan secara tidak langsung juga pada produksi dan harga di dalam negeri. 

Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Ekonomi Nasional 

Adanya keterkaitan dan ketergantungan serta persaingan global antar negara didunia menyebabkan hampir semua kehidupan dalam suatu negara dipengaruhi (terpengaruh) oleh ekonomi intenrasional. 
Dewasa ini bisa dikatakan tidak ada lagi negara yang AUTARKI, yaitu negara yang hidup terisolir, tanpa mempunyai hubungan ekonomi, keuangan, maupun perdagangan internasional (ekspor dan impor).
Pengaruh ekonomi internasional terhadap ekonomi nasional suatu negara dapat dilihat dalam dua aspek yaitu aspek makro dan aspek mikro. Aspek Makro dapat ditinjau dari sisi supply and demand, serta dari sisi perhitungan pendapatan nasional. Sedangkan dari aspek mikro, dapat dilihat dari sisi pengaruh pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap kegiatan perusahaan di dalam negeri suatu negara. 
1. Aspek Makro dilihat dari Sisi Supply and Demand. Dilihat dari sisi ini, keseimbangan ekonomi nasional suatu negara dapat dirumuskan sebagai suatu keseimbangan antara jumlah barang / jasa yang ditawarkan (Supply Totall = St) dengan jumlah barang/jasa yan diminta (Demand Total = Dt).
Dalam hal in supply total terdiri dari penawaran produk yang dihasilkan di dalam negeri ditambah dengan penawaran dari luar negeri (impor). Sedangkan Permintaan total (Demand Total) terdiri dari konsumsi dalam negeri ditambah dari permintaan luar negeri atau ekspor. 
 2. Aspek Makro Dilihat Dari Sisi Perhitungan Pendapatan Nasional Secara teoritis, perhitungan pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pengeluaran (expenditure approach) dirumuskan sebagai berikut :

GNP = Y = C + I + G + ( X – M )

Dimana :
GNP = Gross National Product = Produk nasional kotor.
Y = Income = Pendapatan Nasional
C = Consumption = Konsumsi
I = Investment = Investasi
G = Goverment Expenditure = Pengeluaran Pemerintah
X = Export = ekspor
M = Import = impor

Bila X > M, berarti saldo X netto positif, atau posisi neraca perdagangan luar negeri surplus, sehinggan dapat menyebabkan kenaikan pendapatan nasional.
Sebaliknya X < M, maka menunjukkan saldo X netto negatif, atau posisi necara perdagangan luar negeri defisit, sehingga dapat menyebabkan pendapatan nasional (Y) turun, yang berarti pula GNP juga ikut turun.  

SPESIALISASI
Menurut Adam Smith : untuk melakukan Perdagangan Internasional, suatu negara harus melakukan Spesialisasi. Namun spesialisasi yang terlalu jauh tidak dapat diterapkan dalam semua keadaan terutama dalam keadaan-keadaan berikut ini: 
(a) Ketidak stabilan pasar luar negeri. 
Misalnya perdagangan yang terspesialisasi hanya memproduksikàn karet dan kayu. Apabila harga karet dan harga kayu dunia jatuh, maka perekonomian dalam negeri otomatis akan ikut jatuh. Spesialisasi bisa meningkatkan pendapatan riil masyarakat secara maksimal, tetapi dengan risiko terjadi ketidak stabilan yang tinggi. Sebaliknya diversifikasi lebih menjamin kestabilan pendapatan tetapi dengan konsekuensi harus mengorbankan sebagian dari kenaikan pendapatan dan spesialisasi. Sekarang hampir semua negara di dunia menyadani bahwa spesialisasi yang terlalu jauh (meskipun didasarkan atas prinsip keunggulan komparatif. seperti yang ditunjukkan oleh teori ekonomi) bukanlah keadaan yangbaik. Manfaat dari diversifikasi harus pula diperhitungkan. 

(b) Keamanan Nasional. 
Bayangkan suatu negara hanya mem produksikan satu barang, misalnya karet, dan harus mengimpor seluruh kebutuhan bahan makanannya Meskipun karet adalah cabang produksi di mana negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yang paling tinggi, sehingga bisa meningkatkan CPF nya setinggi mungkin, tentuhya keadaan seperti di atas tidak sehat. Seandainya terjadi perang atau apapun yang menghambat perdagangan luar negeri, dari manakah diperoleh bahan makanan bagi penduduk negara tersebut? Jelas bahwa pola produksi seperti yang didiktekan oleh keunggulan komparatif tidak harus selalu diikuti apabila ternyata kelangsungan hidup negara itu sendiri sama sekali tidak terjamin.

(c) Dualisme. 
Sejarah perdagangan internasional negara-negara sedang berkembang terutama semasa mereka masih menjadi koloni negara-negara Eropa. ditandai oleh timbulnya sektor ekspor yang berorientasi ke pasar dunia dan yang sedikit sekali berhubungan dengan sektor tradisional dalam negeri.
Sektor ekspor seakan-akan bukan merupakan bagian dan negreri itu, tetapi bagian dan pasar dunia. Dalam keadaan seperti spesialisasi ini dimana perdagangan internasional tidak memberi manfaat kepada perekonomian dalam negeri. Keadaai ini di negara-negara sedang berkembang setelah kemerdekaan mereka, memang sudah menunjukkan perubahan. ‘namun Seringkali belum merupakan perubahan itu tidak terlalu fundamental. Sektor ekspor yang’ “modern” masih nampak belum bisa menunjang sektor dalam negeri yang “tradisional” 

Semenjak bergulirnya konsep pasar bebas, ada fenomoena kekhawatiran dari negara-negara berkembang bahwa produksi dalam negeri akan hancur karena perdagangan bebas. Ketakutan ini juga dirasakan oleh negara–negara Maju. 

Dalam Menghadapi fenomena itu, negara dapat mencoba melakukan penanggulangan dalam menghadapi dampak pasar bebas bagi perekonomian domestik mereka. Setidaknya ada dua cara dari dalam dan dari luar :
1. Dari dalam negeri, mereka melakukan berbagai hambatan dan prokteksi untuk beberapa produk dalam negeri.
2. Dari luar negeri, dengan cara menggandeng beberapa negara untuk membentuk blok perdagangan yang berguna, melindungi ekonomi domestik masing-masing negara. 

 PROTEKSI PERDAGANGAN 
Alasan Pemerintah melakukan proteksi perdagangan antara lain : 
1. Alasan kurs : apabila harga barang impor turun relatif terhadap harga barang ekspor maka dasar tukar internasional akan naik. Ini merugikan negara pengekspor karena dengan jumlah yang sama hanya dapat ditukarkan dengan jumlah barang impor yang lebih sedikit. 
2. Infant industry (industri tahap awal) : Tahap awal pendirian industri penghematan internal belum dapat direalisasi, sehingga dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk turut melindungi industri. 
3. Alasan non-ekonomis : Politik, militer, keamanan dsb. Masalah yang relevan bagi negara-negara berkembang adalah bukan perlu/tidaknya proteksi, tapi pemilihan proteksi mana yang paling sedikit biayanya. 

Alasan pemerintah melakukan LARANGAN EKSPOR : 
1. barang yang diekspor dibutuhkan di dalam negeri.
Pemerintah ingin mengurangi pengaruh inflasi dari luar negeri sehingga pengurangan ekspor agar harga barang turun 
2. pengurangan ekspor untuk tujuan memperbaiki harga barang tsb dan memperbaiki Dasar Tukar/ TOT 
3. politik luar negeri sebagai senjata ekonomi. 


BALANCE OF PAYMENT (Neraca Pembayaran Internasional) 
Current Account mencatat aliran transaksi Barang dan Jasa sedangkan Capital Account mencatat aliran modal perdagangan. 
Berikut ini FAKTOR-FAKTOR PENENTU IMPORT : 
1.Tingkat pendapatan Negara pengimpor. 
Apabila pendapatan nasional naik maka permintaan agregat dalam negeri akan barang/jasa meningkat, yang sebagian dipenuhi di dalam negeri dan sebagaian produk luar negeri. Perbandingan kenaikan impor dan kenaikan pendapatan nasional disebut hasrat impor marjinal (marginal propensity to impor/HIM) M = mo + My 
2.Harga relative produk barang/jasa dalam negeri terhadap produk barang/jasa luar negeri. 
Penduduk suatu Negara selalu berusaha membeli produk yang relative murah harganya. Dengan turunnya harga relative akan mendorong kenaikan ekspor dan turunnya impor. 
3.Selera dan mutu barang/jasa. 

FAKTOR-FAKTOR PENENTU EKSPOR : 
1.Pendapatan nasional 
2.Harga relative antar Negara.
   Semakin rendah harga relative Indonesia terhadap luar negeri akan semakin tinggi
   volume ekspor Indonesia 
3.Selera dan Kebijakan perdagangan. 

FAKTOR-FAKTOR PENENTU ALIRAN MODAL: 
1.Harapan mengenai perubahan tinggi rendahnya kurs devisa. 
   Apabila masyarakat memperkirakan terjadi penurunan nilai rupiah, maka akan ada
   aliran modal  keluar negeri, begitu juga sebaliknya.
2.Tingginya tingkat bunga. 
   Modal akan masuk ke Negara yang menawarkan tingkat bunga tinggi
3.Keuntungan yang dapat diperoleh. 
   Apabila keuntungan suatu penanaman modal diluar negeri lebih tinggi daripada
   tingkat keuntungan yang dapat diperoleh di dalam negeri, maka modal akan
   mengalir ke luar negeri (capital outflow) 

Tujuan Pemerintah memberlakukan Tarif Bea Masuk adalah : 
1.Untuk melindungan industri dalam negeri 
2.Sebagai sumber pendapatan negara 
3.Memperbaiki dasar tukar perdagangan 
4.Mengundang masuknya investor ke dalam negeri 

Dampak Integrasi Ekonomi : 
a.Dampak Statik : disebut juga efek konsumsi = harga menjadi lebih rendah sehingga dapat mengkonsumsi lebih banyak. Efek pengalihan perdagangan, karena ada impor yang dialihkan dari negara yang bukan anggota dengan alasan kurang efisien, ke negara antar sesama anggota. 
b.Dampak Dinamik : yaitu terjadinya perubahan fundamental dari struktur ekonomi negara anggota, misalnya : masuknya modal asing non-anggota dll. 

Dampak ekonomi Multi National Corporations : 
a)Efisiensi, pembentukan modal dunia yang lebih besar sehingga ekonomi dunia tumbuh lebih cepat, dengan cara alokasi sumber dari negara kaya ke negara miskin, output dunia akan meningkat. b)Pemerataan, tergantung bagaimana output dan laba dibagi antara negara induk dan negara penerima. Tetapi MNC dapat merugikan ekonomi lokal suatu negara. 

Dampak Perubahan nilai kurs juga dapat menyebabkan perubahan Pendapatan Nasional suatu negara, dapat dijelaskan sebagai berikut : 
Fluktuasi Kurs Mata Uang Asing berupa Depresiasi dan Apresiasi nilai mata uang asing akan mengakibatkan perubahan pada ekspor maupun impor Negara Indonesia. Jika kurs mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun dan berarti nilai mata uang asing bertambah tinggi kursnya (harganya) akan mendorong ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Dan kurs dalam negeri mempunyai hubungan yang searah dengan volume impor. 
Meningkatkanya ekspor dan menurunnya impor akan mendorong peningkatan Pendapatan nasional. Melemahnya rupiah akan menyebabkan pasar modal dalam negeri kurang menarik karena adanya resiko nilai tukar yang menyebabkan penurunan nilai investasi dan mempunyai hubungan negatif terhadap return saham. Karena itu kenaikan ongkos ini akan menyebabkan beban pembayaran kembali modal menjadi meningkat yang pada gilirannya mengurangi insentif untuk melakukan investasi. 
Penurunan investasi menyebabkan pendapatan masyarakat berkurang, sehingga akan mengurangi daya beli masyarakat untuk membeli produk Sebaliknya, Jika kurs mengalami apresiasi yaitu nilai mata uang dalam negeri meningkat dan nilai mata uang asing menurun. Menurunnya mata uang asing akan menurunkan minat eksportir memburu mata uang asing sehingga ekspor turun dan impor cenderung meningkat. Investasi asing yang masuk ke dalam negeri ini menyebabkan naiknya pendapatan nasional dan pendapatan masyarakat, hal ini membuat meningkatnya daya beli masyarakat, efeknya akan sangat baik untuk perkembangan perindustrian lokal maupun internasional. 

Hubungan Antara Pendapatan Nasional Dan Pola Konsumsi Suatu Negara dapat dijelaskan sebagai berikut : Suatu hipotesa menyatakan bahwa bila pendapatan nasional naik dari sebelumnya, maka konsumsi juga akan ikut naik, tetapi besarnya kenaikan konsumsi tidak sebesar kenaikan pendapatan, sehingga umumnya besarnya tingkat tabungan juga akan semakin bertambah. Terdapat hubungan yang erat dalam praktek antara pengeluaran konsumsi dan pendapatan disposibel (disposible income).
Individu merencanakan konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama hidup mereka. Lebih lanjut Dumairy (1996) menyebutkan konsumsi berbanding lurus dengan pendapatan. 

-------------------- Terima kasih by M035 ------------------

3 komentar:

UII Official mengatakan...

Terimakasih atas informasinya, sangat membantu.
salam kenal dari saya mahasiswa fakultas Ekonomi :)

Unknown mengatakan...

Trimakasih kembali..... kritik dan sarannya kami tunggu.......

muhammad haris mengatakan...

makasih bangg atas penjelasan nya